Friday, November 23, 2007

Dokter Agung

Still I have, in my eyes…
Still I have, forever…
Atas segala keheningan dan kesunyian tanpa percakapan di sore nan lembayung ini aku mencoba untuk tetap diam…mataku khusuk dan eksklusif terpekur pada jalanan, jalanan, dan jalanan…tikungan, tikungan, dan tikungan…lalu perempatan
Perempatan yang memaksa kita harus menunggu hari merah ke hijau…dari terhenti menjadi berjalan lagi…
Sebenarnya bukan hanya aku…aku tidak sendiri menyusuri jalanan ini…karena kau juga ada di wadah yang kekecilan ini…kekecilan hingga tak mampu lagi menampung egoku, egomu, dan untunglah supir taksi tak serta andil menambah rumit pertarungan ego ini…
Saat kau harus kembali lagi kepada Widia…
Love at the first sight…cinta pada pandangan pertama adalah konsep yang mentah-mentah aku benci saat SMA dulu…aku tidak percaya, tapi saat pertama kali melihatmu dan gerak-gerik *yang bagiku* lucu…aku pun terdiam, dan terjadilah, love at the first sight…
Namun satu kalimat dari Widia mengejutkanku…Widia memintaku melupakan gerak-gerik lucu yang kukagumi itu, yang kucintai itu…Karena Widia juga menyukaimu, tapi baru sebatas menyukai…bukan mencintai seperti aku…sekali lagi…
Widia hanya menyukaimu bukan mencintaimu seperti aku…
Sekali pun pada saat itu aku masih terlalu terbata-bata mengeja L-O-V-E...A-M-O-R...C-I-N-T-A namun ada bagian dalam hatiku yang seakan menemukan jati dirinya, percayakah kau Agung...saat itu aku merasa yakin tanpa perlu bertanya atau terbata lagi layaknya seorang balita yang pertama kali memanggil ibunya...
Aku mencintaimu, bukan seperti Widia yang hanya menyukaimu...Ahhhh...untuk apa aku protes...untuk apa aku berontak kalau nyaliku hanya sampai batas berontak dalam hati, berteriak dengan mentransformasikan lengkingan menjadi desahan nafas berat seakan-bumi-mau-runtuh....untuk apa aku komplain kalau aku hanya sanggup berorasi dalam nafas yang terbatas di bawah bantal...kata-kata lantang yang berubah menjadi isak cengeng, saatnya berenang-renang dalam ketidakberdayaan...seperti di water park sendirian...
Aku memejamkan mata sejenak...sedari naik taksi dari tempat makan siang tadi kita belum juga menoleh...pun setelah kita turun taksi dan menaiki taksi yang sama lagi setelah tau hotel-hotel sudah full book pun...kita tidak saling bercakap, saling melihat, atau sekedar memandang satu objek di jalanan luar sana yang sama...tidak sepert kekasih...
Karena aku kekasihmu...aku ke kasih...
Aku ke padamu, Agung...
Orang bilang aku bodoh aku memikirkan dunia dunia dunia...tak peduli yang lain...
Sekali aku pernah berbalik bertanya pada dunia..sekali saja...adakah alasan yang kuat untukku memalingkan pandangan darimu?...sisi hidupku yang sedari dulu masih belum beres-beres...untuk masalah satu ini memang aku tidak tekun, tidak rajin, tidak punya raw model...
Aku membetulkan letak syalku, aku sedkit flu, kau sempat menanyakan apakah aku sempat ke dokter...aku bilang belum lalu kau menawarkan membuat resep...yang nantinya harus ketebus di Apotik Widia...Aku hanya diam dan "Emmmm"...Aku mengangguk...baiklah kau beri aku resep yang takkan pernah aku tebus...
Aku beberapa kali mendengus...merasa kedinginan karena taksi makin merapat ke senja, waktu berlari ke arah tak tau dituju...
AC-nya tolong dikecilin aja, Pak...kalimat pemecah kesunyian, dan seolah kompak, supir taksi pun hanya mengecilkan AC tanpa berkata apa-apa...
------------------
Negatif positif dalam diriku sekalipun petir sebesar apapun dan tanah seluas apapun tak mampu menetralkan apa pun...tak mampu menawarkan apa pun...sejenak aku kembali ke repetisi awal...aku memang membenci diriku...aku membenci diriku yang begitu mencintaimu...aku membenci ketulusan ini, aku membenci kelapangan hati dan cinta ini yang mengapa hanya padamu...
Tak pernah kuakui kepada siapa pun bahwa ini jalanku, karena sejak dahulu aku tidak memilih, aku tidak dipilih, aku statis, aku diam dan menikmati, aku autis sebagai pencinta...aku bahagia dan tersiksa dalam saat bersamaan...dan itulah yang membuatku pintar dan bodoh dalam satu pemahaman dan pemikiran tentang cintaku kepadamu...dan dengan sekerat hatiku yang autis itu aku tertawa dan menangis dalam sedetik sedetik...bergantian...
Pak...kembali ke nusa dua saja lagi tempat saya pertama kali naik...Ney, kamu istirahat saja di kamar saya...
Sekali ini jalan yang kuamati tak bebas lagi, semuanya telah aku tau kembali ke mana...hingga taksi meningalkan kita di pelataran, di lobby aku pun masih sulit membiarkan taksi itu pergi...membiarkan jalanan yang sudah kuukur...rumah-rumah yang telah kulewati di perjalanan keliling-keliling...dan diamku yang hanya akan terasa kekal saat bersamamu...selamat tinggal taksi...selamat tinggal lamunan soreku
Kau mengajakku kembali ke hotelmu tidak seperti awal saat kau mengajakku bertemu di salah satu kafe di kuta...koper-koperku sudah berada dalam penanganan pegawai hotel nusa dua...sekarang kau mengajakku kembali ke tempatmu...rencana mencari tempat untuk berdua denganmu hilang dengan penuhnya hotel-hotel itu...dan berakhir dengan basinya tiket pulangku...kepulanganku yang tidak jadi karena kau membawaku kembali ke tempatmu...
Apakah kau tidak takut orang-orang yang mengenalmu berkata dalam hati atau paling keras dalam bisik...
Mengapa Dokter Agung membawa pulang Neynaluvina...bukankah Neynaluvina lagi syuting film barunya di bali?...Memang Neynaluvina begitu kontroversial, ia punya anak tapi tidak jelas siapa bapaknya, hamil dan melahirkannya saja tidak tau dimana dan kapan tapi ia mengaku-ngaku dan mengakui anak kandung..Memang sih wajah anak itu mirip sekali dengan Ney...Tapi...hey...tunggu tunggu...agak-agak mirip Dokter Agung juga bukan?...
Neynaluvina mereka suka menebak-nebak aku, aku biarkan saja...
Segelas sari jeruk nipis yang masam, kuteguk...kau bilang itu berkhasiat untuk redakan fluku...kau menyuruhku berbaring di tempat tidur, kau memegangi keningku...sedetik pertama seperti mendiagnosa panas tubuhku...tapi detik berikutnya aku menangkap matamu...matamu...untuk kemudian aku menikmati semesta bersama...semesta yang indah dalam dua pasang mata yang bertatapan...
Aku menangis...kau bilang panas badanku sudah terlalu tinggi...Kau menyuruhku untuk tidur dan tak lama aku terlelap...dan terbangun dengan jas dan tas dokumenmu yang tidak ada...
Antara sadar tak sadar aku seakan kembali terlelap...namun suaramu yang melangkah masuk membangunkanku pelan-pelan...dan keningku merasakan jemarimu...
Dokter Agung kembalilah padaku...hati ini pernah kehilangan dan merasakan kau terenggut...
Widia hanya menyukaimu...hanya menyukaimu...
Dokter Agung...aku mencintaimu dengan hatiku...

No comments: